SEKILAS SEJARAH YAMAN
Kita semua tahu bahwa Yaman bukanlah milik individual, dan kiranya perlu saya “tandaskan” bahwa negeri ini, sampai sekarang masih dalam tahap membangun (kalau tidak boleh dikatakan negara miskin) yang belum lama merdeka. Dan yang lebih terpenting dari itu semua, bahwa Yaman adalah “gudang cendekiawan” yang ikut mencerdaskan dunia, temasuk negara kita Indonesia.
Negeri yang sebenarnya kaya dengan tambang minyaknya ini, sebelum 17 tahun yang lalu terbagi menjadi dua negara, yaitu: Yaman Selatan yang beribukota di Aden dan Yaman utara yang beribukota Sana’a. Trus pada tahun 1995 dua negara ini bersatu dan sepakat untuk mendirikan pusat pemerintahan di Sana’a hingga sekarang.
Sebelum Yaman Selatan menggabungkan diri, bangsa ini sempat dijajah Rusia yang berfaham komunis yang imbasnya sangat menyengsarakan rakyat jajahannya. Padahal sebelum dikuasai kaum komunis, negeri ini “dipimpin” Inggris yang dampaknya memberi “kemakmuran” meskipun belum bisa dikatakan sejahtera. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya pabrik-pabrik besar dan banyaknya kapal pesiar untuk kegiatan export-import di daerah Aden pada saat itu, begitu juga dengan ditandai dengan melangitnya kurs mata uang dinar daripada U$. Akan tetapi, setelah pindah kekuasaan ke negara pecahan Soviet itu, semuanya lenyap tanpa bekas. Tragis juga memang!! Bagaimana tidak?? pabrik-pabrik itu diluluh-lantahkan dengan tanah.Ada satu hal yang menarik yang perlu penulis singgung , negara tetangganya yaitu Yaman Utara, saat itu bebas dari gangguan penjajah. Setelah sebelumnya merebut kekuasaan dari Kerajaan Imam Yahya.
Negeri yang sebenarnya kaya dengan tambang minyaknya ini, sebelum 17 tahun yang lalu terbagi menjadi dua negara, yaitu: Yaman Selatan yang beribukota di Aden dan Yaman utara yang beribukota Sana’a. Trus pada tahun 1995 dua negara ini bersatu dan sepakat untuk mendirikan pusat pemerintahan di Sana’a hingga sekarang.
Sebelum Yaman Selatan menggabungkan diri, bangsa ini sempat dijajah Rusia yang berfaham komunis yang imbasnya sangat menyengsarakan rakyat jajahannya. Padahal sebelum dikuasai kaum komunis, negeri ini “dipimpin” Inggris yang dampaknya memberi “kemakmuran” meskipun belum bisa dikatakan sejahtera. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya pabrik-pabrik besar dan banyaknya kapal pesiar untuk kegiatan export-import di daerah Aden pada saat itu, begitu juga dengan ditandai dengan melangitnya kurs mata uang dinar daripada U$. Akan tetapi, setelah pindah kekuasaan ke negara pecahan Soviet itu, semuanya lenyap tanpa bekas. Tragis juga memang!! Bagaimana tidak?? pabrik-pabrik itu diluluh-lantahkan dengan tanah.Ada satu hal yang menarik yang perlu penulis singgung , negara tetangganya yaitu Yaman Utara, saat itu bebas dari gangguan penjajah. Setelah sebelumnya merebut kekuasaan dari Kerajaan Imam Yahya.
Sekarang setelah memproklamirkan diri untuk bersatu, ternyata warga Yaman Selatan sampai saat ini masih menampakkan rasa kurang simpatinya terhadap warga syimali (Utara-Bhs.Arab)-walaupun masih banyak orang-orang Yaman Selatan menerima hal ini dengan alasan kedamaian antar kabilah (suku), karena porsi pemerintahan didominasi oleh orang-orang dari wilayah ini. Selain itu, Lihat saja Presiden Republik Yaman berasal dari dari Yaman utara yang layaknya pemegang kekuasan tertinggi plus mutlak. Jadi seperti yang terjadi di Indonesia saat dipegang rezim ORBA, malahan sudah tersebar kabar, setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai penguasa nanti, Dia akan diganti anaknya. Hal inilah yang menurut sebagian rakyat Yaman menjadikan negaranya masih tertinggal jauh dari bangsa Arab yang lain.
1 komentar:
waw.
sungguh bagus ya,,
kagum bacanya,,,,,
Posting Komentar